Desa
Penglipuran merupakan desa dengan bentuk permukaan tanah berkontur
sehingga terlihat jalan desa berundag-undag. Tata letak perumahan di
masing-masing keluarga tetap menganut falsafah Tri Hita Karana. Falsafah
dalam agama Hindu selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta menusia dengan Tuhan.
Pura sebagai bangunan suci terletak di hulu paling atas dari desa ini.
Perumahan di tengah desa dan usaha tani di pinggir atau hilir
desa.Perjalanan ditempuh dengan jarak 45 kilometer dari Denpasar.
Sejarah :
Konon
penduduk desa penglipuran pernah diminta bantuannya oleh Raja Bangli
untuk bertempur melawan kerajaan Gianyar, karena keberaniannya, penduduk
desa diberikan jasa oleh raja Bangli berupa tanah yang lokasinya
sekarang disebut desa adat Penglipuran.
Konsep Tata Ruang Desa :
Konsep
pola dan tata letak yang dipakai adalah TRI MANDALA, Penekanan Utama
dalam Konsep Arsitektur Tradisional Bali adalah Tri Hita Karana
Beberapa Konsepsi dan filosofi dari tata ruang desa Penglipuran, sbb :
• Tat Twam Asi
memandang keragaman dalam suatu kesetaraan & terhadap sesama manusia & lingkungannya.
• Rwa Bhineda
Merupakan konsep Dwi Tunggal
• Bhuana Agung – Bhuana Alit
Bhuana
Agung ( Macrocosmos ) merupakan alam jagat raya berserta isinya,
Bhuana Alit (Microcosmos ) dianalogkan sebagai fisik manusia.
• Desa, Kala, Patra
Diartikan sebagai Ruang, Waktu dan Situasi atau Tempat, Periode dan Kondisi
• Manik Ring Cacupu
Karya Arsitektur haruslah menyikapi alam beserta isinya untuk mampu bertahan & mencapai keharmonisan
• Dewata Nawa Sanga
Merupakan orientasi kosmis yang meliputi Sembilan Penjuru mata angin
• Andabhuana ( Bhuanaanda )
arah langit – Bumi , Kaja – Kelod, Kangin – kauh
Perwujudan
pola dan struktur ruang tradisional Bali dilatar belakangi oleh alam
pikiran keagamaan khususnya agama Hindu yaitu:
1.Tattwa (Filosofi)
2.Tata susila (etika)
3.Upacara (ritual).
Tataran
konsep, orientasi ruang dalam yaitu aspek tata susila (etika),
memisahkan ruang-ruang yang bersifat suci/sakral dengan fungsi kegiatan
non suci ,ruang permukiman tradisional Desa Adat Penglipuran dibagi
menjadi dua : konsep arah orientasi dan sumbu religi yang
melahirkan konsep ruang Panca Mandala.
Nilai
ruang utama pada sumbu bumi berada pada daerah utara (gunung) dan nilai
ruang nista pada daerah selatan (laut), sedangkan nilai ruang utama
pada sumbu religi berada pada daerah timur (matahari terbit) dan nilai
ruang nista berada padadaera h barat (matahari terbenam). Akibat
dari penerapan konsep sumbu bumi dan sumbu matahari pada tatanan
permukiman desa adat nya, maka morfologi Desa Adat Penglipuran berbentuk
linear dengan jalan
- Pola
Pemukiman Desa Adat Penglipuran berbentuk linier dengan sistem
pembagian Tata Ruang horizontal bersumbu gunung dan laut dengan
orientasi arah mata angin dengan sumbu KAJA ( Utara ) atau Gunung dan
KELOD ( Selatan ) atau Laut.
- Pola tersebut membagi desa dalam tiga bagian sesuai dengan Konsep TRI MANDALA yaitu ;
1. Ulu,
2. Tengah
3. Teben
Pola
linier diterapkan pada pemukiman desa adat penglipuran karena kondisi
alam desa ini merupakan daerah perbukitan sehingga pola linier mengikuti
transis dari daerah tersebut.
Model Desain :
- Rumah
tinggal di desa adat penglipuran terdiri dari beberapa gugusan bangunan,
terletak sejajar dengan orientasi linier yang dibagi oleh Rurung Gede
yang menghadap ke arah Timur dan ke arah Barat. Tatanan ruang pekarangan
perumahan yang menghadap kearah timur tersusun sebagai berikut ;
Rurung Gede, Angkul-angkul, natah, dengan sisi Utara terdiri dari 3 (
tiga ) komponen bangunan yaitu : Tempat Suci ( Sanggah ), Paon ( dapur )
dan Loji.
- Sisi
Selatan terdiri atas 2 ( dua ) komponen bangunan terdiri dari : Bale
Adat dan Klumpu, sedangkan sisi Barat dari halaman pemukiman adalah Tebe
( Halaman belakang )